- Home »
- Pengalaman Pribadi »
- Rulli Putri Maulida
Randi Dwi Anggriawan
On Rabu, 24 April 2013
Aku
tak pernah merasakan sesemangat itu sejak pertemuanku dengan Isom di dalam
gerbong kereta Tawang Alun yang melaju ke Kota Jember. Diskusi kami begitu
bersemangat dan
penuh dengan kejutan luar biasa akan pemikiran kritis dan tajam tentang tujuan dan
pandangan hidup kita sebagai manusia yang tinggal di alam semesta yang Maha
luas. Seperti makhluk terkecil didalam debu terkecil, bayangkan saja berapa
banyak bintang yang tersebar dilangit, berapa banyak planet yang berputar mengitari bola
berpijar itu, berapa banyak makhluk yang hidup didalamnya, sungguh hanya satu
yang memegang kendali semua ini, Tuhan Sang iMaha Pencipta.
Sudah
hampir tiga tahun lamanya aku tak pernah berjumpa dengan Rulli Putri Maulida,
adik kelasku yang luar biasa itu, pemikirannya sangat tajam dan peka terhadap
isu-isu yang berbau filsafat. Ia juga memiliki kecerdasan Bahasa Inggris di
atas rata-rata orang kebanyakan. Terbukti dengan kisahnya yang membuat kagum aku dan seorang profesor di
Universitas Negeri Malang akan kemampuan Bahasa Inggrisnya yang Expert,
sungguh luar biasa dan aku harus beberapa kali berdecak kagum padanya.
Perjalanan
menuju Kota Jember dengan kereta api Tawang Alun memakan waktu kurang lebih 6 jam, waktu yang cukup lama untuk kami
bebincang-bincang hingga tak terasa 6 jam tidaklah cukup untuk kami
membicarakan banyak hal. Hal-hal yang menurutku cukup beresiko bagi orang lain
yang tak begitu paham akan esensi belajar filsafat. Akupun tahu bahwa ujung pembicaraan ini
akan bermuara pada satu nama, Kekuasaan Illahi. Namun aku tak takut untuk
membahasnya, karena memang aku dan Rulli menginginkannya dan juga ini
sebenarnya bukanlah tema pembicaraan yang harus ditakutkan lantaran dosa. Komentar-komentar
dan jawaban-jawaban pertanyaanku dibalasnya dengan kalimat yang mudah kumengerti,
menarik, tidak asal, dan penuh dengan nuansa filosofi
kehidupan. Diskusi kami sangat renyah, hingga membuat kami terlalu asik untuk
terus beputar-putar didalamnya. Tentu saja, banyak hal yang telah kami
dapatkan, ilmu dan cara berfikir manusia dewasa.
Sulit
bagiku untuk menemukan orang sepertinya, tidak banyak yang mampu menciptakan
koneksi satu fikiran seperti aku dengannya. Beruntunglah aku mengenal orang-orang
seperti Rulli dan seperti Isom kawanku yang sekarang berada di UIN Maulana Malik
Ibrahim itu, akupun entah kenapa semakin mengagumi posisi kami bertiga sebagai mahasiswa lulusan
SMA Negeri Kalisat. SMA yang mempertemukan kami didalam ranah pendidikan dan
persaudaraan.